Baru Tahu Kalau Ada Pesantren NU 001
Senin, 14 November 2016
/
No Comments
Para tokoh ulama besar hadir dalam gelaran akbar itu, Rais Akbar Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Mahfud Shiddiq, KHR Asnawi, Mohammad Sutisnasenjaya, KH Fakih Maskumambang dan para tamu undangan lainnya.
Tak ketinggalan, para ulama dan tokoh setempat seperti KHR. Mohammad Adnan, KH Ahmad Shofawi, KH Masyhud, KH Dimyati, KH Abu Amar, KH Ahmad Siradj Umar, KH Mudzakir, KH Mawardi dan lain sebagainya.
Dari mulai proses pembukaan hingga penutupan acara, yang dihelat di Masjid Agung, para tamu undangan, disediakan tempat penginapan. Pihak panitia sendiri sudah memesan beberapa hotel untuk menjadi tempat istirahat para peserta dari luar kota.
Namun demikian, banyak dari para kiai, justru lebih memilih tinggal di rumah sahabat mereka, atau pondok pesantren yang ada di dekat lokasi Muktamar.
“Salah satunya KH Bisri Syansuri. Pengasuh pesantren di Denanyar Jombang itu, lebih memilih tinggal di Pesantren yang diasuh KH Ahmad Siradj,” terang Kiai Zainal Arifin, belum lama ini (27/10).
KH Zainal Arifin sendiri merupakan tokoh thariqah Qadiriyah di Boyolali, sekaligus murid dari KH Shoimuri, putra dari KH Ahmad Siradj.
Singkat cerita, rupanya pondok yang terletak di daerah Panularan tersebut belum memiliki nama. Akhirnya, atas usulan dari Kiai Bisri, pesantren tersebut diberi nama “Pesantren Nahdlatul Ulama 001”.
Pada perkembangannya, pesantren “NU 001” tersebut lebih dikenal dengan nama Pesantren As-Siradj, dinisbatkan kepada nama sang pendiri pesantren, Kiai Ahmad Siradj.
Sosok Mbah Siradj
Kiai Siradj Umar atau biasa dikenal dengan nama Mbah Siradj merupakan salah seorang ulama besar Solo, bahkan oleh banyak orang diyakini sebagai seorang waliyullah dengan beberapa karomah yang dimilikinya.
KH Siradj yang termasuk sebagai perintis NU di Kota Solo, juga tercatat pernah mengikuti Kongres I NU yang diadakan pada bulan Rabi’ul Awwal 1345 H/ 21-23 September 1926 di Hotel Muslimin Peneleh Kota Surabaya. Ketika itu, ia datang bersama KH Mawardi sebagai utusan golongan ulama muda dari Kota Solo.
Dalam peringatan haul Mbah Siradj tersebut, dibacakan manaqib tentang riwayat hidupnya. Salah satu cicit Mbah Siradj, Agus Taufik, menjelaskan kakek buyutnya dikenang dan didoakan karena jasanya menyebarkan agama Islam dengan cara humanis dan pluralis.
“K.H Siradj tidak pernah membedakan agama atau suku saat bergaul. Beliau punya banyak kawan. Agenda malam ini untuk mempersatukan umat dan menjaga ajaran beliau tentang pluralisme yang mirip dengan ajaran Gusdur,” jelasnya.
Selain Kiai Siradj, dalam kesempatan tersebut turut diperingati haul keturunannya yaitu KH Shoimuri (pernah mengemban amanah Rais Syuriyah PCNU Boyolali) dan KH Mubin Shoimuri (Ketua PCNU Solo).
Semoga bermanfaat mengenai informasi Pesantren NU 001